Nasi Bungkus Presiden
oleh Eries Meilani
Cerpen
hasil karya Abank Juki ini sangat inspiratif dan menyentuh hati. Cerpen berjudul “Nasi Bungkus Presiden”
merupakan cerita pendek yang bertema pendidikan. Pendidikan tidak hanya
diberikan di sekolah formal, tetapi pendidikan juga didapatkan dari lingkungan
sekitar kita. Pelajaran juga tidak hanya diberikan oleh Guru, tetapi pengalaman
dan orang-orang di sekitar kita juga secara tidak langsung menjadi Guru agar
kita tetap bersyukur menjalani hidup ini. Judul dari cerpen ini sangat menarik
sehingga mendorong para pembaca untuk membaca dan memahami isinya.
Cerpen
ini menceritakan keluarga yang sangat miskin, bahkan untuk sesuap nasi pun
sangat sulit diperolehnya. Keluarga yang terdiri dari Suami, Istri, dan Anaknya
yang setiap hari berjuang untuk bertahan hidup demi sesuap nasi. Setiap hari,
Istri dan anak sang pengemis melewati gerbong kereta dan berharap ada sisa-sisa
makanan yang tertinggal dari para penumpang kereta. Namun tak ada secuil makanan yang tersisa.
Sang anak pun merengek kelaparan kepada Ibunya. Sang Istri pengemis tidak bisa
berbuat apa-apa untuk anaknya dan hanya dapat menunggu kehadiran Suaminya yang
sedang mencari makan di tempat lain. Ketika Suaminya pulang, sang Suami membawa
sebungkus nasi untuk anaknya yang kelaparan. Saat ditanya darimana beliau
mendapatkan sebungkus nasi itu, beliau hanya menjawab “Nasi bungkus ini dari
Presiden.”
Sudut
pandang dalam cerpen ini termasuk sudut pandang orang pertama. Penulis
memasukan dirinya ke dalam cerita sebagai orang yang mengamati kisah keluarga
miskin tersebut dengan menggunakan kata “Aku”. Beliau merasa iba mengamati
keluarga seorang pengemis tersebut. Ia ingin membantunya, namun untuk memenuhi
perutnya pun beliau masih mencari sisa-sisa makanan di dalam gerbong kereta.
Dia menyadari bahwa dirinya juga miskin dan tidak bisa membantu, namun Ia
memiliki sikap peduli terhadap apa yang terjadi dengan keluarga tersebut.
Tokoh
dalam cerpen ini memiliki sikap yang sabar, optimis, dan tidak mudah menyerah.
Seperti tokoh “Aku” yang optimis mendapatkan sisa-sisa makanan yang tertinggal
di gerbong kereta. Istri, Anak, dan sang Pengemis juga demikian, mereka
memiliki sikap yang sabar, optimis, dan tidak mudah menyerah. Tidak hanya
berjuang untuk mendapatkan sesuap nasi, tetapi berjuang untuk melewati hidup
yang sangat kejam ini. Mereka sanggup melewati kisah hidupnya walaupun perih
dan terkadang mengharukan.
Diksi
atau pilihan kata dalam cerpen ini sangat menarik dan menyentuh hati para
pembaca. Diksi yang digunakan adalah diksi konotatif, yaitu bukan dalam arti
yang sebenarnya. Seperti pada kalimat “Nasi bungkus ini dari Presiden.” Kalimat
tersebut bukan berarti nasi tersebut dari Presiden, melainkan nasi tersebut
diperoleh karena adanya Demonstran yang melakukan aksi Demo karena kenaikan
harga BBM oleh keputusan Presiden. Berkat para Demonstran itulah sang Pengemis
mendapatkan nasi bungkus tersebut. Sang Pengemis merasa nasi tersebut adalah pemberian
Presiden dari hasil keputusannya yaitu menaikan harga BBM. Itulah mengapa
pengemis tetap senang walaupun BBM naik, karena dengan begitu keluarga mereka bisa
mendapat sebungkus nasi untuk memenuhi rasa lapar.
Latar
tempat dalam cerpen ini tidak terlalu banyak, yaitu hanya di Gerbong Kereta dan
Di sekitar Istana Presiden. Latar waktu dalam cerpen ini adalah pagi dan sore
hari. Latar suasana dalam cerpen ini tentu saja sedih dan mengharukan.
Alur
yang digunakan adalah alur maju mundur. Alur maju, ketika penulis menceritakan
kegiatan sehari-hari para tokoh dalam cerita tersebut, yaitu mencari sisa-sisa makanan
di setiap gerbong kereta. Alur mundur, ketika Istri sang Pengemis bertanya “Apakah
benar nasi bungkus dari Presiden?” sang Suami menjawab sekaligus menceritakan
kepada Istrinya hal-hal yang telah dia alami untuk mendapatkan nasi bungkus
tersebut.
Amanat
dari cerpen ini tersirat, sehingga butuh pemahaman yang lebih untuk membacanya.
Cerpen “Nasi Bungkus Presiden” mengajarkan kepada para pembaca untuk selalu
bersyukur dengan apa yang kita dapatkan. Walaupun hanya sebungkus nasi, itulah
rezeki dari sang pencipta yang harus disyukuri. Selain itu, cerpen ini
mengajarkan untuk tidak memandang suatu hal negative dari satu sisi. Seperti Demo kenaikan harga BBM yang
konotasinya cenderung negative bagi kebanyakan orang karena menyulitkan mereka
untuk menggunakan jalan umum, namun ternyata hal tersebut sangat bermanfaat
bagi sebagian kecil masyarakat yang kesulitan mendapatkan sesuap nasi.. Jika
Presiden tidak menaikan harga BBM, tidak mungkin adanya Demonstrasi, dan jika
tidak ada Demo pada hari itu mungkin saja si pengemis dan keluarga tidak bisa
mengisi perutnya untuk menyambung hidup. Dengan adanya Demo tersebut,
masyarakat bersatu dan membagikan nasi bungkus kepada setiap orang termasuk si
pengemis dan si pengemis dapat menghidupkan keluarganya yang kelaparan
Cerpen
ini sangat cocok dibaca oleh semua usia, karena cerpen ini sangat mendidik dan
mengajarkan kepada para pembaca untuk peduli terhadap hal-hal yang kecil.
Seperti itulah hidup, walaupun terkadang berat, namun itulah yang membuat kita
kuat dan menjadi orang yang pantang menyerah dalam menghadapi berbagai masalah.
Masih banyak orang yang tidak beruntung, oleh karena itu bersyukurlah dengan
apa yang kita miliki saat ini. Lihatlah ke bawah untuk membuat diri kita lebih
bersyukur dan lihatlah ke atas agar kita termotivasi untuk membuat hidup kita
lebih baik.
Komentar
Posting Komentar